Iklim pengembangan teknologi merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses transformasi ekonomi di suatu wilayah yang menerapkan strategi pembangunan berbasis teknologi.
Pengalaman menunjukkan bahwa pemasangan fasilitas (peralatan, hardware) produksi yang sama di dua tempat wilayah berbeda akan membuahkan hasil yang berbeda. Dalam hal ini, wilayah yang memiliki dukungan iklim teknologi yang lebih kuat, akan menerima hasil yang lebih baik untuk pemasangan fasilitas produksi yang sama dibandingkan wilayah yang memiliki dukungan iklim teknologi yang kurang kuat.
Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa umumnya negara maju memiliki iklim teknologi yang lebih baik dibandingkan negara yang sedang berkembang. Dalam konteks wilayah kiranya dapat dihipotesiskan bahwa wilayah yang maju memiliki iklim teknologi yang lebih baik dari pada wilayah yang masih terbelakang. Oleh karena itu penerapan teknologi untuk pembangunan wilayah akan lebih berhasil pada wilayah yang telah dipersiapkan lebih dahulu dukungan iklim teknologinya.
Beberapa alasan kurangnya daya dukung iklim teknologi di wilayah yang masih terbelakang antara lain adalah akumulasi teknologi yang tidak signifikan, keterbatasan tenaga ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), ketidakcukupan investasi di bidang iptek, tidak efisiennya sistem pengembangan iptek, serta struktur sosial yang masih tradisional.
Penilaian Iklim Pengembangan Teknologi
Perumusan Model
Indeks Iklim Teknologi (IIT) merupakan alat untuk mengukur baik buruknya iklim teknologi di suatu wilayah. Iklim teknologi dapat diukur dengan menggunakan variabel kuantitatif yang diperoleh dari data obyektif dan variabel kualitatif yang diperoleh dari penilaian ahli (expert) secara subyektif melalui suatu daftar pemeriksaan/kuesioner. Meskipun pengukuran secara kuantitatif dapat dilakukan, variabel kualitatif tidak boleh diabaikan. Suatu faktor kualitatif yang penting, seperti: komitmen politik yang kuat terhadap pengembangan teknologi dapat digunakan dalam memperbaiki kondisi iklim teknologi. Dengan demikian, model yang akan dikembangkan berusaha menggabungkan faktor-faktor kuantitatif dengan faktor-faktor kualitatif. Pengkajian faktor-faktor iklim teknologi yang digunakan dalam model ini mencakup dua kategori, yaitu: faktor obyektif yang bersifat kuantitatif, dan faktor subyektif yang bersifat kualitatif. Dengan demikian Indeks Iklim Teknologi (IIT) wilayah dirumuskan sebagai berikut:
IIT = a IFO + b IFS
Dalam hal ini IFO adalah indeks faktor obyektif (objective factor index) dan IFS adalah indeks faktor subyektif (subjective factor index). Sedangkan nilai a dan b merupakan bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan IFO dan IFS. Indeks Iklim Teknologi ini menyatakan bahwa semakin tinggi nilai IIT semakin baik kondisi iklim teknologi di suatu wilayah.
0 < IFO < 1
0 < IFS < 1
a + b = 1
sehingga :
0 < IIT < 1
Prosedur Perhitungan Indeks Iklim Teknologi
Secara prosedural, langkah-langkah untuk menghitung disajikan pada gambar 1, dan secara ringkas terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
Tahap 1: Pengelompokan data iklim teknologi menjadi dua kategori, yaitu faktor obyektif dan faktor subyektif. Faktor obyektif terdiri atas data yang memungkinkan diukur secara kuantitatif, dan faktor subyektif terdiri atas data kualitatif yang pengukurannya dilakukan menggunakan skala ordinal.
Tahap 2: Perhitungan indeks faktor obyektif menggunakan data kuantitatif. Pada tahap ini, sebuah matrik faktor obyektif berdasarkan wilayah disusun dan dinormalkan. Menggunakan pendekatan analisis faktor, faktor beban akan diperoleh dan digunakan sebagai bobot dalam perhitungan indeks faktor obyektif. Nilai maksimum untuk indeks ini 1.
Tahap 3: Perhitungan indeks faktor subyektif menggunakan data kualitatif. Dengan mengembangkan matriks preferensi berdasarkan pendekatan perbandingan antar pasangan, dan menggunakan analisa eigen-vector, indeks faktor subyektif untuk setiap wilayah dapat diperoleh. Indeks tersebut dinormalkan sehingga nilai maksimumnya sama dengan 1.
Tahap 4: Penyajian indeks faktor obyektif dan indeks faktor subyektif baik dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik. Bagi suatu wilayah, semakin mendekati 1 nilai indeks faktor obyektif dan indeks faktor subyektif, akan semakin baik dan mendukung teknologi dalam pengembangan wilayah tersebut.
Perhitungan Indeks Faktor Obyektif
Faktor-faktor obyektif menurut definisinya dapat diukur dalam satuan-satuan kuantitatif, yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas faktor-faktor kuantitatif dimana nilai-nilai yang tinggi mencerminkan iklim yang lebih baik, dan kelompok kedua terdiri atas faktor-faktor dimana nilai-nilai yang rendah justru mencerminkan iklim yang lebih baik. Dalam merumuskan indeks iklim teknologi, adalah lebih mudah menggunakan faktor-faktor kuantitatif dimana nilai-nilai yang lebih tinggi mencerminkan kondisi iklim yang lebih baik. Untuk itu, jika suatu faktor yang nilai rendahnya menunjukkan kondisi iklim yang lebih baik perlu didefinisikan kembali dengan merubahnya menjadi nilai yang tinggi mencerminkan iklim yang lebih baik. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran-ukuran kebalikan. Dalam model ini diasumsikan bahwa faktor-faktor dimana nilai-nilai yang tinggi mencerminkan kondisi iklim teknologi yang lebih baik.
Idealnya, data faktor-faktor obyektif mencakup semua rincian data kuantitatif indikator iklim teknologi. Berdasarkan hasil kajian Asian and Pacific centre for transfer of technology (1986), terdapat tujuh kelompok data kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisis iklim teknologi di suatu wilayah. Adapun ketujuh kelompok variabel kuantitatif tersebut adalah:
1. Tingkat perkembangan sosial ekonomi wilayah: indikator umum iklim teknologi (PDRB total dan perkapita, komposisi PDRB menurut sektor, kompisisi angkatan kerja, variabel dasar kependudukan, variabel dasar kesehatan, sistem pendidikan serta profil guru/dosen dan murid/mahasiswa, fasilitas telekomunikasi, iklim investasi sektoral, produktivitas dan disiplin kerja)
2. Keadaan prasarana fisik dan jasa pendukung: fasilitasi kegiatan teknologi (total dan perkapita pasokan utilitas listrik, air bersih, gas, tingkat kegiatan dibidang telekomunikasi, tingkat transportasi umum darat, udara, air, sungai, laut, kereta)
3. Ketersediaan personil iptek serta pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (litbang): indikator parsial (jumlah personil iptek di lembaga litbang, profil kualifikasi personil iptek, distribusi personil iptek, pengeluaran litbang, sumberdana litbang, distribusi pengeluaran litbang)
4. Skenario iptek dalam sistem produksi: evaluasi produktivitas dan restrukturisasi (ekspor komoditi utama, impor komoditi utama, ekspor industri padat teknologi, impor industri padat teknologi, penerapan paten dan merk dagang)
5. Skenario iptek di dunia akademik: pengembangan sumberdaya dasar (jenis dan jumlah perguruan tinggi serta sarjana yang telah dihasilkan, profil mahasiswa menurut fakultas, kualifikasi dan profil usia karir anggota fakultas, publikasi ilmiah berdasar bidang spesialisasi, perkembangan bantuan keuangan yang diterima mahasiswa.
6. Kemajuan dan usaha-usaha pada bidang kekhususan: tingkat inovasi industri (investasi untuk penerapan dan pengembangan teknologi baru seperti bioteknologi, komputer, rekayasa genetika, teknologi informasi, jumlah dan profil kualifikasi personil iptek yang bekerja dibidang teknologi baru)
7. Komitmen makro dalam pengembangan iptek untuk pembangunan wilayah: aturan dan insentif (jumlah tahun sejak penerimaan dan implementasi kebijaksanaan iptek wilayah, jumlah badan wilayah yang terlibat dalam perencanaan dan implementasi teknologi, jumlah dan jenis personil iptek tingkat tinggi yang terlibat dalam perencanaan dan implementasi teknologi)
Namun, karena keterbatasan dan sulitnya memperoleh data, sejauh ini hanya tersedia data kuantitatif sebagai berikut :
1. Jumlah Kabupaten dan Kotamadya
Kepadatan penduduk (orang/km2)
Luas daerah pengaliran sungai (km2)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja – TPAK ( persen)
Lowongan kerja dibandingkan pencari kerja terdaftar (persen)
Jumlah SMP (sekolah)
Jumlah guru SMP (orang)
Jumlah murid SMP (orang)
Jumlah SMU (sekolah)
Jumlah guru SMU (orang)
Jumlah murid SMU (orang)
Jumlah perguruan tinggi
Jumlah mahasiswa (orang)
Jumlah tenaga edukatif (orang)
Jumlah rumah sakit
Kapasitas rumah sakit (tempat tidur)
Jumlah Puskesmas
Jumlah apotik
Rumah tangga dengan penerangan listrik (persen)
Rumah tangga dengan fasilitas buang air besar sendiri (persen)
Rata-rata produksi per hektar padi (kwintal/ha)
Luas hutan (ribu ha.)
Jumlah perahu/kapal
Produksi perikanan (ton)
Realisasi kumulatif pembangunan perumahan (rumah)
Nilai impor 1995-1999 (juta US $)
Jumlah kendaraan bermotor
Jumlah bongkar barang antarpulau dan luar negeri (ribu ton)
Jumlah muat barang antarpulau dan luar negeri (ribu ton)
Jumlah sambungan telepon (induk/pelanggan)
Rata-rata lama menginap tamu asing dan dalam negeri (hari)
Realisasi penerimaan 98/99 (juta rupiah)
Proyek penanaman modal dalam dan luar negeri (juta US $)
PDRB 1998 (juta rupiah)
Penduduk diatas garis kemiskinan (persen)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar