Jumat, 22 Agustus 2008

Gaya Kepemimpinan

Berdasarkan dua bidang tugas kepemimpinan utama, dahulu orang hanya mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, (Task oriented)
2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia ( human relationship oriented)
Dari dua bidang tugas kepemimpinan itu, akhir – akhir ini dikembangkan teori 4 (empat) gaya kepemimpinan dasar :
1. Kekompakan tinggi dan kerja rendah
Dalam gaya kepemimpinan ini berusaha menjaga hubungan baik, keakraban, dan kekompakan kelompok, tetapi kurang memperhatikan unsur tercapainya tujuan kelompokatau penyelesaian tugas bersama. Inilah gaya kepemimpinan dalam perkumpulan social rekreatif. Dalam perkumpulan – perkumpulan semacam itu, seperti kelompok rekreasi, paguyuban persahabatan, sebagian besar perhatian diberikan pada hubungan antar anggota, keakraban, dukungan dan relaksasi. Kerja kelompok, kalau ada, sedikit dan kadang – kadang saja. Maka gaya ini tidak akan jalan, jika dipergunakan bagi kelompok yang bertujuan mau mencapai sesuatu, kelompok yang harus produktif. Karena tujuan kelompok produktif, bukanlah pertama – tama keakraban dan kegembiraan bersama, tetapi selesainya tugas, tercapainya tujuan. Dengan gaya kepemimpinan itu para anggota yang berminat pada hasil kerja bersama akn kecewa, karena mereka mengira bahwa mereka berkumpul untuk mengerjakan sesuatu, tetapi ternyata hanya untuk senang – senang. Suasana akrab tidak dapat lama bertahan dan pertemuan akan bubar, karena tujuan kelompok tidak tercapai.
Namun gaya ini dapat cocok dan tepat untuk kelompok yang di waktu – waktu lampau pernah berkembang baik dan efektif, tetapi menghadapi masalah atau situasi yang memacetkan atau melenyapkan semangat para anggota. Gaya kepemimpinan ini bermanfaat untuk mempengaruhi semangat kelompok, motivasi bersama, dan rasa setia kawan. Gaya kepemimpinan itu baik dipergunakan untuk kelompok yang diharapkan produktif, yang untuk sementara waktu kendor dan membutuhkan suntikan gairah dan entusiasme. Gaya itu juga baik untuk kelompok yang di waktu lampau kurang memperhatikan pribadi – pribadi para anggotanya dan terlalu sibuk dengan urusan menyelesaikan masalah – masalah atau mengatasi situasi – situasi yang menekan, demitercapainya tujuan bersama.


2. Kerja tinggi dan kekompakan rendah
Gaya kepemimpinan ini menekankan segi penyelesaian tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya kepemimpinan ini menampilkan gaya kepemimpinan yang amat direktif. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kelompok yang baru dibentuk, yang membutuhkan tujuan dan sasaran jelas, dan kelompok yang telah kehilangan arah, tidak mempunyai lagi tujuan dan sasaran, tidak mempunyai kriteria untuk meninjau hasil kerjanya, yang sudah kacau dan tak berarti lagi. Karena gaya ini memberi kejelasan tujuan dan sasaran serta pengawasan yang ketat atas usaha mencapai tujuan dan sasaran itu. Gaya kepemimpinan yang direktif ini tepat untuk dipergunakan dalam usaha dagang yang penuh persaingan, situasi gawat dan di kalangan militer.
Namun gaya kepemimpinan itu tidak cocok bagi kelompok yang sudah jadi, yang telah mampu berdikari, mengerti tujuan dan sasarannya, dan mempunyai cara – cara yang baik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu dengan sukses. Kelompok yang sudah jadi tidak mau untuk terlalu diarahkan. Bagi kelompok, gaya kepemimpinan semacam itu terasa dictatorial. Akibatnya meskipun tujuan kepemimpinan itu mau melayani, namun pelayanan itu tidak dapat ditangkap sebagai pelayanan. Untuk kelompok yang sudah jadi, gaya kepemimpinan itu merusak. Para anggota merasa terlalu diarahkan, didekte, dan terus menerus harus tunduk, taat. Oleh karena itu para anggota dapat kehilangan minat untuk tetap ada dalam kelompok. Mereka secara terbuka atau tersembunyi, didorong untuk merongrong kewibawaan pemimpin dan melawannya. Keadaan itu membuat keterlibatan para anggota dalam kelompok dapat lenyap dan ketegangan antara para anggota dan pemimpin makin hari makin memuncak. Alhasil kelompok dapat bubar dan tercerai berai.
Gaya kepemimpinan kerja tinggi dan kekompakan rendah, dapat berguna jika dipergunakan sesuai dengan situasi kelompok. Namun gaya kepemimpinan itu jarang dapat berhasil jika dipergunakan untuk jangka yang terlalu lama. Gaya itu dapat mendorong usaha kelompok. Tetapi jarang dapat menjaga jalannya. Karena manusia membutuhkan dukungan, dorongan, pujian. Gaya ini tidak akan bertahan, untuk jangka terlalu lama tanpa meninggikan segi keakraban, kekompakan, dan hubungan antar para anggota. Gaya itu mempunyai keterbatasan. Maka dalam mempergunakan perlu diselingi dengan meningkatkan unsur hubungan manusia dalam kelompok. Busur pun tidak dapat direntang terus, tanpa bahaya patah.

3. Kerja tinggi dan kekompakan tinggi
Gaya kepemimpinan yang menjaga kerja dan kekompakan kepemimpinan tinggi cocok dipergunakan untuk membentuk kelompok. Kelompok yang baru dibentuk membutuhkan kejelasan tujuan dan sasaran, struktur kerja untuk mencapai tujuan dan sasaran itu, serta usaha untuk membina hubungan para anggota. Waktu menggunakan gaya kepemimpinan itu untuk membentuk kelompok, pemimpin perlu melengkapinya dengan contoh. Pemimpin perlu menjadi model untuk kelompok dengan menunjukkan perilaku yang membuat kelompok efektif dan puas. Pada waktu para anggota sudah mulai mampu menjalankan tugas yang berhubungan dengan penyelesaian tugas bersama dan tugas yang berhubungan dengan pengembangan kekompakan kelompok, pemimpin mendukungnya. Tujuan yang sebaiknya dicapai ialah membantu kelompok menjadi kelompok yang jadi, matang, yang mampu menjalankan kedua tugas kepemimpinandiatas. Untuk pembentukan kelompok gaya ini lebih cocok daripada gaya kepemimpinan kerja tinggi dan kekompakan rendah. Karena gaya kepemimpinan itu berat sebelah. Mungkin para anggota kelompok yang lebih menyukai penyelesaian tugas terpenuhi harapannya. Tetapi para anggota kelompok yang menginginkan keakraban dapat dikecewakan.
Gaya kepemimpinan kerja tinggi dan kekompakan tinggi, menjadi tidak cocok untuk dipakai, kalau tugas menyelesaikan kerja dan menjaga kekompakan sudah ditangani oleh kebanyakan para anggota kelompok secara baik. Sebab akan merusak pertumbuhan kelompok menuju ke kedewasaan dan membuat para anggota tetap tergantung pada pemimpin. Kelompok yang sudah matang tidak menyukai gaya kepemimpinan itu, lebih daripada gaya kepemimpinan kerja tinggi dan kekompakan rendah, karena merasa bahwa kemampuan dan bakat mereka tidak digunakan dengan baik. Bagi kelompok yang sudah jadi, pemimpin yang mempergunakan gaya kerja tinggi dan kekompakan tinggi, akan tampak lucu.
4. Kerja rendah dan kekompakan rendah
Gaya kepemimpinan yang kurang menekankan penyelesaian tugas dan kekompakan kelompok cocok untuk kelompok yang sudah jelas akan tujuan dan sasarannya, gambling akan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran itu, dan mengetahui cara menjaga kehidupan kelompok selama mencapai tujuan dan sasarannya. Gaya kepemimpinan itu merupakan gaya kepemimpinan yang menggairahkan untuk kelompok yang sudah jadi. Keputusan untuk mempergunakan gaya kepemimpinan itu amat tergantung pada sejarah dan keadaan kelompok yang ada. Apakah kelompok itu memang sudah dan masih mampu menjalankan tugas untuk mencapai tujuan bersama dan untuk menjaga kekompakan kelompok; apakah kelompok itu sudah dan masih mempergunakan struktur kerja dan cara kerja yang sehat; apakah kelompok itu sudah dan masih peka terhadap kebutuhan kelompok? Kalau memang sudah matang, tugas pemimpin menjadi terbatas dan melengkapi hal – hal yang belum ditangani kelompok. Tugas – tugas itu meliputi perkara – perkara sepele seperti menyiapkan konsumsi dan akomodasi pertemuan para anggota kelompok, atau menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan kelompok. Sumbangan terbesar yang diharapkan dari pemimpin oleh kelompok yang sudah matang adalah mensharingkan visinya dan membantu para anggota menciptakan visi ke masa depan.
Gaya kepemimpinan kerja rendah dan kekompakan rendah tidak cocok dipergunakan untuk kelompok yang belum jadi, masih mentah. Gaya kepemimpinan itu lemah dan tidak akan menghasilkan apa – apa. Gaya kepemimpinan itu akan dilihat oleh kelompok sebagai kepemimpinan yang “banci”, karena tidak memberikan kekuatan, hidup dan kejelasan arah yang diharapkan. Kelompok yang belum jadi akan merasa sebagai tanpa pimpinan. Akibatnya kelompok menjadi bingung dan tak tahu akan berbuat apa.
Keempat gaya itu tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan satu sama lain. Tidak ada gaya yang baik atau buruk. Hal ini tergantung dari macam kelompok yang kita pimpin. Kepemimpinan adalah situasional. Kepemimpinan yang baik tergantung dari kemampuan untuk menilai keadaan kelompok dan memberikan kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat perkembangan kelompok yang ada.
Perlu dicatat pula bahwa kelompok itu tidak terus menerus ada dalam tingkat atau keadaan yang sama. Kelompok berubah. Alasannya dapat beribu macam. Kelompok yang matang misalnya dapat merosot menjadi mentah, tidak yakin diri dan arahnya. Maka suatu gaya kepemimpinan tidak boleh kita pegang mati – matian terus menerus, tetapi selalu disesuaikan dengan keadaan kelompok.
Dari penjelasan diatas sudah disebutkan bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi orang atau sekelompok orang yang dipimpin.
Pada bagian ini kami akan menjelaskan tentang kekuasaan yang digunakan oleh pemimpin dan kebebasan yang diberikan kepada kelompok orang – orang yang dipimpin. Kebebasan itu meliputi : menyuruh, menjual, meminta nasihat, bergabung, memberi kuasa.
Pemimpin menyuruh kelompok manakala dia sendiri memikirkan perkara, mengambil keputusan tentang perkara itu dan memberitahukan keputusan itu kepada orang – orang yang dipimpinnya. Pemimpin menjual kepada kelompok orang – orang yang dipimpinnya, manakala dia memikirkan perkara, mengambil keputusan tentang perkara itu, lalu memberitahukan keputusan itu kepada orang – orang yang dipimpinnya sambil menjelaskannya dan meyakinkan mereka untuk menerima keputusan itu, dengan mengemukakan untung – rugi dan segala konsekuensinya. Pemimpin minta nasihat, jika dia menyampaikan masalah kepada orang – orang yang dipimpinnya, menerima usul – usul pemecahannya dari mereka, lalu membuat keputusan sendiri. Pemimpin bergabung dengan orang – orang yang dipimpin jika dia menyajikan masalah kepada orang – orang yang dipimpindan hal – hal yang menjadi batas pemecahan masalah itu. Kemudian pemimpin dan orang – orang yang dipimpin bersama – sama memikirkan masalah, mencari berbagai cara pemecahan yang mungkin. Akhirnya mereka mencapai keputusan pemecahan masalah bersama. Jika pemimpin memberi kekuasaan kepada orang – orang yang dipimpin, dia menyajikan masalah, memberi tahu tentang batas – batas pemecahannya dan menyerahkan kepada mereka cara pemecahannya. Cara pemecahan itu kemudian diajukan kepada pemimpin dan pemimpin menerimanya.
Dalam praktek pemecahan masalah yang konkret, pemimpin harus jelas menyatakan apa yang diharapkan olehnya dari orang – orang yang dipimpinnya sehubungan dengan masalah itu. Kalau tidak jelas akan terjadi kekacauan. Misalnya kalau pemimpin sebetulnya hanya mau minta nasihat, sedang orang – orang yang dipimpinnya mengira diajak bergabung mencari jalan – jalan pemecahan dan keputusan bersama. Kalau ini terjadi maka proses pembicaraan mencari jalan pemecahan tidak akan lancar dean hubungan antara pemimpin dan orang – orang yang dipimpin diwarnai saling tidak percaya.
Kelima cara mempengaruhi kelompok orang – orang yang dipimpin itu tidak baik atau tidak buruk. Hal ini tergantung dari situasi dan kematangan kelompok orang – orang yang kita pimpin. Untuk kelompok yang belum matang, kita dapat menyuruh. Untuk kelompok yang sudah matang, kita dapat memberi kekuasaan kepada orang – orang yang kita pimpin. Disini kuncinya adalah kecakapan kita untuk menafsir seberapa jauh sudah kedewasaan orang – orang yang kita pimpin. Karena dengan kecakapan itu kita dapat menemukan cara kepemimpinan yang sesuai.
Kelima cara untuk mempengaruhi kelompok itu juga dapat kita pergunakan untuk mengembangkan kematangan kelompok. Dalam rangka membawa kelompok menuju kematangan, kita, pemimpin, dapat mempergunakan kelima cara mempengaruhi kelompokitu berturut – turut mulai dari menyuruh, menjual, meminta nasihat, bergabung, memberi kuasa kepada kelompok. Kalau kelompok berhasil dalam tugas dengan cara yang pertama, kita, pemimpin, dapat mempergunakan cara yang kedua dan selanjutnya. Dengan demikian secara bertahap kita memperluas tanggung jawab kelompok orang – orang yang kita pimpin. Secara bertahap perlu digarisbawahi karena kalau penyerahan tanggung jawab itu terlalu cepat, akan tercipta pandangan bahwa kita sebagai pemimpin lemah dan orang – orang yang kita pimpin akan merasa tidak diberi kepemimpinan. Tujuan akhir usaha adalah kematangan kelompok.
Kelompok yang matang adalah kelompok yang para anggotanya mampu menyusun struktur kerja untuk mencapai tujuan dan mampu menjaga kekompakan dalam hubungan antar pribadi. Kelompok yang masak adalah kelompok yang mengetahui apa yang dilakukan dan alasan mengapa hal itu dilakukan. Kalompok yang masak adalah kelompok yang motivasi hidup dan kerjanya didasarkan keyakinan. Kelompok itu mau dan mampu mengambil tanggung jawab sendiri. Kelompok itu mampu mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan kekuatan sendiri, entah kekuatan yang berdasar ilmu yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh. Untuk mencapai kematangan itu disamping faktor – faktor lain, waktu dan umur para anggota kelompok itu berperanan.
Dalam melaksanakan suatu kepemimpinan ada faktor – faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok, serta situasi waktu kepemimpinan kita laksanakan.
Faktor – faktor yang berasal dari diri kita sendiri, yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita berhasil menduduki pangkat kepemimpinan dan pengalaman yang telah kita miliki di bidang kepemimpinan. Pengertian seseorang tentang kepemimpinan mempengaruhi kepemimpinannya. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapat fasilitas, uang, barang, keenakan hidup, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan bagi kesejahteraan orang – orang yang dipimpinnya dan memandang fasilitas kepemimpinan sebagai hal agar dapat melayani lebih baik. Nilai atau hal yang dikejar dalam kepemimpinan membawa akibat pada kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang mengangap prestasi kelompok orang yang dipimpin merupakan nilai atau hal yang harus dikejar akan menunjukkan kepemimpinan yang berbeda dari pemimpin lain yang menghargai kerukunan orang – orangnya. Cara orang berhasil menduduki pangkat kepemimpinan mempengaruhi kepemimpinannya. Orang yang menjadi pemimpin melulu hanya karena diangkat dan bukan karena kecakapan yang dimiliki akan menunjukkan perilaku kepemimpinan yang berbeda dari orang yag menjadi pemimpin karena kecakapan yang jelas sudah terbukti. Pengalaman orang dalam kepemimpinan juga mempengaruhi kepemimpinan. Seorang pemimpin yang sudah biasa bergaya kepemimpinan kerja tinggi kekompakan rendah misalnya, cenderung akan mempergunakan gaya kepemimpinan itu tanpa memperhitungkan orang – orang yang dipimpin atau situasi kepemimpinan yang ada.
Pandangan kita pemimpin tentang manusia mempengaruhi pandangan kita tentang manusia – manusia yang kita pimpin. Berdasarkan teori Douglas Mcgregor mengenai dua pendangan tentang manusia. Pandangan pertama, yang disebut teori X,X theory yang mengatakan bahwa pda dasarnya manusia itu pada umumnya tidak menyukai pekerjaan dan sedapat mungkin menghindari pekerjaan. Karena manusia itu pada dasarnya tidak suka bekerja, manusia perlu dipaksa, diarahkan dan diancam dengan hukuman, agar mau bekerja dan mencurahkan tenaga secukupnya untuk mencapai sesuatu. Manusia itu pada umumnya lebih suka diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, tidak memiliki ambisi dan menghendaki keamanan diatas segala hal. Pandangan kedua, yang disebut teori y,y theory menyebutkan bahwa bagi manusia bekerja merupakan hal yang alamiah seperti halnya nermain – main atau istirahat. Pengawasan dari luar dan ancaman hukuman bukan msatu – satunya cara untuk mendorong orang agar berusaha untuk menghasilkan sesuatu. Orang akan mengarahkan diri dan mengatur diri demi tercapainya sasaran yang dilibatinya. Keterlibatan pada sasaran itu berhubungan dengan “hadiah” yang erat berhubungan dengan cara keberhasilan. Manusia pada umumnya, dengan syarat – syarat yang memadai tidak hanya menerima, tetapi juga mencari tanggung jawab. Kemampuan untuk berimaginasi, mempergunakan akal budi dan berkreasi pada tingkat yang relative tinggi secara luas, bukan secara sempit, tersebar diantara banyak orang. Dalam kehidupan yang bercirikan moderendan ditandai industri, kemampuan intelektual manusia pada umumnya, hanya dimanfaatkan sebagian. Pandangan tentang orang ini mempengaruhi cara pemimpin itu membaca situasi orang – orang yang dipimpinnya, mempengaruhi caranya menanggapi usulan, permintaan dan keluhan mereka, mempengaruhi pemilihan cara – cara untuk memimpin mereka. Hal itu juga berlaku bagi kita.
Keadaan kelompok orang yang kita pimpin juga mempengaruhi kepemimpinan kita. Kelompok yang matang cenderung membuat kita rela menyerahkan kepercayaan dan kekuasaan kepada para anggota. Kelompok yang belum matang membuat kita cenderung bertindak otoriter dengan banyak menyuruh dan terlalu direktif.
Situasi kepemimpinan amat ditentukan oleh penyelesaian tugas bersama dan kekompakan kelompok. Situasi, yang menuntut agar tugas segera diselesaikan, cenderung membuat kita, pemimpin, lebih menekankan orientasi pada pekerjaan dan kurang pada orang – orang yang dipimpinnya. Situasi kelompok yang tidak kompak membuat kita cenderung untuk lebih memperhatikan hubungan antar mereka dan kurang untuk menghimpun usaha untuk menyelesaikan tugas bersama.
Oleh karena itu sebagai pemimpin kita perlu mengerti diri sendiri, terutama yang berhubungan dengan peranan kita sebagai pemimpin; orang – orang yang kita pimpin, masing – masing dan sebagai kelompok; dan situasi dimana kepemimpinan kita berlangsung. Berdasarkan pengertian itu kita perlu mengambil gaya dan cara memimpin yang paling membawa hasil dan manfaat bagi lembaga, organisasi dan orang – orang yang kita pimpin.
Selain terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi kepemimpinan, ada juga peranan sebagai pemimpin. Seperti yang kita tahu, tugas pemimpin mencakup dua bidang utama : kekompakan kelompok dan pencapaian tujuan kelompok. Kedua tugas itu perlu dijalankan berbeda – beda, sesuai dengan tingkat perkembangan kelompok.
Pada anak tangga pertama dalam perkembangan kelompok, “tingkat sopan santun” kita perlu memikirkan masak – masak, apa yang dapat terjadi pada waktu kelompok berkumpul untuk pertama kali. Untuk itu kita, pemimpin, melihat dulu tempat pertemuan, keadaan dan perlengkapannya, dan mengatur tempat duduk dalam bentuk yang sesuai dengan jumlah para anggota, misalnya untuk jumlah anggota kecil, tempat duduk diatur dalam bentuk lingkaran, untuk jumlah anggota yang lebih besar, tempat duduk diatur dalam bentuk tapal kuda. Karena dating lebih dulu, kita, pemimpin, siap untuk menyambut kedatangan para anggota, sehingga ada suasana penerimaan yang baik. Sedara singkat tugas kita sebagai pemimpin dalam tingkat perkembangan kelompok pertama adalah menciptakan suasana keamanan psikologis, dengan menghilangkan ketegangan batin yang menghalangi pertemuan dan kerja kelompok.
Pada waktu pertemuan dimulai, acara awal sebaiknya diisi dengan acara perkenalan. Unsur – unsur yang diperkenalkan antara lain nama lengkap, alamat, pekerjaan, hobby. Cara perkenalan yang disesuaikan dengan jumlah, keadaan dan umur para anggota. Untuk acara perkenalan sederhana, misalnya, anggota diminta maju di depan dan memperkenalkan diri di hadapan para anggota lain. Kita pemimpin dapat memulai paling dulu. Cara ini membantu membangkitkan keberanian di kalangan para anggota untuk memperkenalkan diri dengan enak. Untuk mengurangi kemungkinan terciptanya kelompok – kelompok khusus, yang dapat menghambat jalan kerja kelompok kelak dikemudian hari, acara perkenalan itu dapat disambung dengan acara bersama. Untuk itu kita membagi para peserta menjadi kelompok – kelompok kecil, yang para anggotanya terdiri dari orang – orang yang belum atau sama sekali tidak saling mengenal. Dengan cara ini para anggota dipaksa meninggalkan orang yang sudah akrab dan membentuk kelompok yang baru. Pada tingkat awal kelompok itu pertanyaan pokok yang selalu ada dibenak kita, pemimpin, adalah apa yang akan menghambat jalannya kelompok dan bagaimana cara mengatasinya?
“Tingkat Mengapa Kita Ada Di Sini”, atau tingkat maksud tujuan kelompok, biasanya akan diterima dengan baik, jika para anggota siap untuk bergabung dengan kelompok dan bekerja sama untuk mencapai tujuan karena sudah melewati “Tingkat Sopan Santun” dengan enak. Pada “Tingkat Mengapa Kita Ada Di Sini”, pada pokoknya, kita, pemimpin, menekankan unsur penyelesaian tugas bersama. Orientasinya lebih pada pencapaian tujuan bersama. Sikapnya lebih berpegang pada perkara, dan bersikap businesslike. Tugas kita yang utama adalah memberikan informasi dan penjelasan kepada para anggota mengapa ada di sini, apa yang akan dikerjakan, bagaimana akan dikerjakan, berapa lama pekerjaan akan berlangsung, apa tugas masing – masing anggota, apa tugas pemimpin dan lain – lain. Krena tujuan itu kerap tidak jelas sejak awal, maka informasi dan penjelasan itu hanya bersifat umum. Untuk melengkapi informasi dan penjelasan itu, kita pemimpin dapat mengutarakan visi kita mengenai hasil yang akan dicapai berkat usaha bersama yang akan diadakan itu.
Tergantung dari sejarah dan hakikat kelompok, bersamaan dengan informasi dan penjelasan tentang tujuan bersama itu, para anggota diberi waktu untuk mengutarakan harapan – harapan mereka terhadap kegiatan bersama itu. Harapan – harapan itu kita tampung, catat dan perlihatkan kepada semua anggota. Kalau semua harapan sudah terkumpul, kita membantu menilai harapan – harapan itu dari segi tujuan kelompok. Harapan – harapan yang sejalan dengan tujuan tujuan kelompok diintegrasikan ke dalam tujuan bersama. Dengan cara itu para anggota – anggota dilibatkan dalam merumuskan tujuan bersama, dan dengan demikian, diharap bahwa mereka terlibat penuh dalam usaha mencapai tujuan itu.
“Tingkat Usaha Mendapatkan Kekuasaan” dapat campur dengan “Tingkat Mengapa Kita Ada Di Sini”, atau baru muncul pada waktu kelompok sudah mulai bekerjasama untuk mencapai tujuan. Pada tingkat itu para anggota amat membutuhkan struktur kerja yang baik. Maka kita, pemimpin, perlu membantu kelompok dengan lebih memperhatikan hubungan antar mereka. Kita perlu menekankan peran kita sebagai Pembina kekompakan kelompokdengan memberi, mendorong, mendamaikan, mengalah. Kita menerima gagasan, pemikiran, usul para anggota dengan serius, memperjelas dan menyampaikannya kepada kelompok untuk dibahas dan diputuskan. Pada tingkat ini, kita pemimpin, menyesuaikan harapan – harapan kita dengan keadaan dan perkembangan kelompok. Gaya kepemimpinan kita dapat berganti – ganti dari kekompakan tinggi dan kerja rendah ke kekompakan rendah dan kerja tinggi. Kita hanya mampu berpindah – pindah gaya kepemimpinan itu dengan enak setelah banyak kali mencoba dan berpengalaman. Jadi pada tingkat perkembangan kelompok itu, kita pemimpin dapat bertindak tenang. Tetapi juga dapat berpendirian teguh dalam perkara – perkara yang prinsipal, yang perlu bagi kelompok. Tentu saja kita jangan cepat – cepat memegang sesuatu sebagai perkara prinsipal. Pendapat kelompok perlu juga diperhitungkan.
“Usaha mendapatkan kekuasaan” dapat menjadi cara untuk menguji keyakinan dan kecakapan kita sebagai pemimpin. Bentuk ungkapannya dapat sederhana seperti usul supaya jadwal acara diubah. Tetapi juga dapat menyangkut perkara yang fundamental, seperti perubahan tujuan kelompok yang radikal dan perubahan Anggaran Dasar yang mendasar. Ungkapan apapun yang muncul, kita pemimpin perlu sadar bahwa semua itu tidak selalu muncul dengan dimaksudkan atau karena kehendak jahat, tetapi merupakan proses wajar dalam perkembangan kelompok. Jadi kita harus tetap menjaga sikap tenang, terbuka, tidak defensif.
“Tingkat konstruktif”, anak tangga keempat dalam perkembangan kelompok yang ditandai dengan semangat saling menerima, saling mendengarkan, kerjasama. Singkatnya semangat kelompok mulai terbentuk. Mulai tingkat ini tanggung jawab kita, pemimpin mulai berkurang, sebab para anggota sudah mengambil beberapa tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok, relationship function, dan kerja kelompok, task function. Kita mempengaruhi kelompok dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang konstruktif, merumuskan dan memperjelas pemikiran kelompok, mengembangkan seluruh bakat dan kemampuan para anggota dengan memberi mereka tanggung jawab dan kepercayaan. Kita ikut masuk ke dalam kelompok, terlibat dengan para anggota, makin lama makin kurang direktif dan mempergunakan gaya kepemimpinan Tugas Rendah dan Kekompakan Rendah. Kita terbuka dan dapat menerima keanekaragaman bakat kemampuan dan kecakapan para anggota.
Seperti sudah dikatakan dimuka, kelompok dapat merosot dan kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya, karena berbagai alas an, baik yang dating dari dalam maupun dari luar kelompok. Kita perlu peka terhadap perubahan itu dan menyesuaikan gaya kepemimpinan menurut perubahan kelompok. Dalam hal ini ketajaman pengamatan, ketepatan penilaian dan keputusan kita sebagai pemimpin menjadi kunci keberhasilan serta kegagalan kita dalam melaksanakan tugas kepemimpinan kita. Maka dengan mencapai anak tangga keempat dalam perkembangan kelompok, tidak berarti bahwa kita, pemimpin, boleh mengurangi kepekaan kita terhadap kebutuhan dan kemasakan kelompok.
Tingkat perkembangan kelompok yang terakhir, “tingkat kompak”, menuntut sedikit dari kita pemimpin dan memberi hiburan banyak. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok, relationship function, dan kerja kelompok, task function, sebagian besar sudah dijalankan oleh para anggota. Motivasi kelompok tinggio. Dengan bantuan sedikit jalannya pekerjaan lancer. Karena itu kita dihinggapi perasaan sukses dan dipenuhi rasa persahabatan. Meskipun demikian kita masih harus tetap menjaga kepekaan terhadap gejala – gejala kemunduran kelompok.
Pada tingkat perkembangan ini, kita pemimpin sebagian besar bertanggung jawab atas kebutuhan fisik para anggota seperti makan, minum, perlengkapan kerja, menyiapkan acara pertemuan, menyusun jadwal dan lain – lain. Sementara itu kita tentu saja masih terlibat dalam kelompok dan bersikap mendorong dan mendukung.
Dalam setiap kelompok pasti suatu saat menghadapi krisis kelompok, untuk menghadapi hal itu dibutuhkan kepemimpinan direktif. Kepemimpinan ini akan menciptakan prosedur dan saluran, memberlakukan peraturan – peraturan yang pasti dan menuntut pertanggungjawaban yang teratur. Pemimpin tidak perlu secara seorang kharismatis. Cukup kalau dia seorang organisaror. Namun, semakin kelompok berkembang, macam kepemimpinan itu tidak mencukupi lagi. Para anggota mulai merasa erbelenggu oleh tata tertib dan peratuiran – peraturan. Mereka mengeluh mengenai kegiatan kelompok yang itu – itu saja dan tidak ada keaktifan kreatif yang menggairahkan. Mereka mulai mengungkit – ungkit masa lampau yang dinamis dan tidak takut resiko. Dengan demikian kelompok sebagai lembaga atau system mengalami krisis otonomi dalam dirinya. Para anggota bertindak seperti robot yang tidak mampu menguasai hidup, kegiatan dan kerja mereka lagi. Dengan cara itu kelompokmemasuki tahap ketiga. Dalam keadaan tertekan itu memerlukan seorang pemimpin yang mampu dan tidak terganggu dengan pemberian delegasi yang wajar. Anggota – anggotanya yang cakap diberi tanggung jawab yang lebih besar, keputusan tidak hanya diambil dipusat, tetapi lebih didesentralisasi di tingkat – tingkat bawah. Komunikasi masih berasal dari atas, tetapi sifatnya sudah bukan mengatur melulu. Keseragaman hidup dan kerja tidak lagi dominant. Kepemimpinan ditandai dengan kepercayaan yang bertanggung jawab terhadap para anggota. Namun kalau pertumbuhan secara ini berlanjut dan tak terkendali, akan terjadi keadaan dimana pemimpin tidak lagi menguasai keadaan, pemborosan tenaga dan keuangan, pengeluaran yang tidak perlu mulai menumpuk. Dengan krisis pengendalian itu tahap perkembangan kelompok yang ketiga berakhir.
Tahap keempat menuntut koordinasi yang lebih besar untuk mengatur dan memanfaatkan sumber – sumber kelompok. Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin koordinatif yang dapat merumuskan keseluruhan kerja kelompok dan mengatur usahanya. Perencanaan kerja menyeluruh dan prosedur penilaian kerja yang teratur dirintis. Sumber – sumber tenaga dan uang dibagi ke tempat dimana dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Informasi tentang jalannya usaha dikumpulkan secara teratur, tetapi keputusannya tetap ada ditingkat atas. Jika berjalan terus kepemimpinan ini akan membuat kelompok di mana prosedur akan menjadi lebih penting daripada penyelesaian tugas dan pemecahan masalah. Pada tahap ini dibutuhkan kepemimpinan yang lain.
Kepemimpinan koordinatif bersandar pada system dan prosedur formal untuk mencapai tujuan kelompok. Kepemimpinan pada tahap kelima adalah kepemimpinan kolaboratif. Kepemimpinan ini lebih bersandar pada hubungan antar pribadi dan kerja sama, dalam kerja tim, team work. Pada tahap itu, penekanan pada prosedur menjadi berkurang, karena spontanitass dihargai dan kecakapan untuk menangani perbedaan pribadi dan pendapat dimiliki. Pemecahan masalah dengan kerjasama menjadi prioritas. Pemimpin lebih banyak mencari pendapat dan nasihat daripada mengarahkan anggota. Usaha pembentukan semangat kelompok diadakan. Akibat kepemimpinan semacam ini, di mana kerjasama dan kerja dalam tim dijunjung tinggi, single fighter, kehilangan tempat dalam kelompok dan dapat merasa disingkirkan dengan akibat fisik dan mental yang mungkin.
Kita pemimpin perlu setiap kali mengamati kelompok kita : dalam tahap mana kelompok berada dan mengambil gaya kepemimpinan yang sesuai. Setiap tahap menurut gaya kepemimpinan yang berbeda. Kepemimpinan kharismatis pada tahap pertama, menekankan hubungan pribadi. Kepemimpinan direktif pada tahap kedua menekankan penyelesaian tugas. Kepemimpinan yang memberi delegasi, pada tahap ketiga, menekankan kekompakan kelompok dan kurang menekankan penyelesaian tugas bersama. Kepemimpinan koordinatif, pada tahap keempat, menekankan penyelesaian tugas bersama. Dan kepemimpinan kolaboratif menekankan nilai hubungan antar pribadi dan penyelesaian tugas dalam kebersamaan.

Tidak ada komentar: