Sabtu, 23 Agustus 2008

Strategi Peningkatan Daya Saing Wilayah

Hakekat otonomi daerah berdasarkan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah tidak hanya berarti penyerahan hak dan kewajiban yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri, melainkan juga mempunyai konsekuensi bahwa daerah dituntut untuk mampu secara mandiri mengelola pembangunan daerah secara efisien dan efektif dalam rangka meningkatkan kesejahtraan masyarakat, dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah/daerah, sumberdaya dan partisipasi masyarakat sehingga menjadi pendorong utama dalam melaksanakan pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan tujuan pemberian otonomi daerah yaitu terbentuknya masyarakat yang demokratis, berkeadilan, maju dan sejahtera serta memiliki daya saing yang didukung dengan sumberdayamanusia yang berkualitas.
Pelaksanaan otonomi daerah yang sudah berjalan 2 (dua) tahun dan memasuki tahun ke-3 ini, masih dijumpai tantangan dalam pembangunan daerah yaitu terdapatnya kesenjangan antar wilayah serta upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Disisi lain, daerah juga di tuntut untuk mampu menghadapi perkembangan dunia global yang disatu sisi tidak menampakkan sesuatu yang pasti dan sukar diramal, dan disisi yang lain globalisasi berarti dunia tanpa batas yuridikasi wilayah yang ditandai dengan tingkat persaingan perdagangan dunia yang semakin tajam, dimana produk-produk disuatu negara/daerah bisa masuk dalam area perdagangan yang bebas tanpa batas.
Untuk mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi perkembangan global tersebut, satu hal yang dapat dipastikan bahwa perubahan adalah hal yang mutlak harus dilakukan dan menuntut kita semua untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang menjadi penopang bagi kemajuan kehidupan masyarakat dalam membangun bangsa dan negara. Dengan penguasaan ilmu dan teknologi, kita bisa meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan serta dapat secara kreatif dan inovatif dengan merancang bangun teknologi tepat guna untuk peningkatan kapasitas dan kualiatas produksi, meningkatkan nilai tambah dari kegiatan ekonomi daerah sehingga mampu menambah daya saing produk unggulan daerah.




Kota Magelang dalam Konteks Daya Saing Wilayah

Potensi Regional
Sebagai pusat pembangunan VII Jawa Tengah yang meliputi wilayah kabupaten Magelang, Purworejo, Wonosobo dan Temanggung, maka sejalan dengan “Visi kota Magelang sebagai kota jasa yang didukung oleh masyarakat yang bertaqwa, berbudaya, sejahtera, demokratis dan beretos kerja tinggi”, pengembangan kota Magelang diarahkan dengan memperhatikan potensi-potensi yang memberikan peluang daerah untuk percepatan pembangunan daerah dan pengembangan investasi. Penggalian dan pengembangan potensi daerah ini meliputi :
1. Kota Magelang diarahkan sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan wilayah hinterland-nya menuju kota Yogyakarta, Semarang dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
2. Kota Magelang diarahkan dan dikembangkan sebagai pusat perdagangan yaitu tempat pemasaran barang-barang elektronik, otomotif, sandang dan lain-lain bagi kebutuhan konsumen di wilayah kota Magelang dan hinterland-nya.
3. Kota Magelang diarahkan dan dikembangkan sebagai pusat pelayanan jasa transportasi menuju kota Yokyakarta, Semarang, Purworejo, Salatiga, Temanggung dan Wonosobo.
4. Kota Magelang diarahkan dan dikembangkan sebagai pusat pelayanan wisata dalam skala regional maupun internasional, karena didukung oleh potensi wisata wilayah hinterland-nya, disamping potensi kota Magelang sendiri sebagai tujuan wisata.
5. Kota Magelang diarahkan dan dikembangkan sebagai pusat jasa sosial seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan olah raga dalam skala regional, karena didukung oleh ketersediaan fasilitas dan skala pelayanan regional baik fasilitas kesehatan, pendidikan serta olah raga.

Sumberdaya Alam
Kota Magelang dengan luas wilayah yang hanya 18,12 Km2 merupakan bagian wilayah provinsi Jawa Tengah yang terkecil, sehingga secara ekonomis kekayaan sumberdayaalamnya sangat terbatas. Namun dari segi topogarafis dan geografis kota Magelang sangat prospektif dan strategis.
Secara topografis, kota Magelang mempunyai kelerengan wilayah yang sangat menguntungkan, karena dengan tingkat kemiringan 2 persen - 5 persen pada bagian tengah dan 15 persen - 45 persen pada sisi barat dan timur serta disebelah barat mengalir sungai Progo dan disebelah timur mengalir sungai Elo, sehingga dengan keadaan alam yang demikian kota Magelang merupakan daerah yang bebas banjir dan prospektif serta menguntungkan sebagai tempat pengembangan usaha.
Di sisi lain, secara geografis letak kota Magelang sangat strategis, karena terletak pada simpul point jalur ekonomi antara Yokyakarta, Purworejo disamping terletak pada jalur wisata lokal maupun regional yaitu Yokyakarta. Borobudur, Kopeng dan dataran Dieng. Dengan demikian arah pengembangan kota Magelang salah satunya sebagai pusat pelayaran jasa pariwisata disamping pengembangan kota Magelang sebagai salah satu tujuan wisata yaitu wisata rekreasi dan wisata sejarah. Hal ini didukung dengan keberadaan Taman Kyai Langgeng serta beberapa bangunan peninggalan Belanda, salah satunya menara air yang terletak disudut utara-barat Alun-alun Magelang yang mempunyai keunikan gaya arsitekturnya sehingga dapat dijadikan salah satu landmark kota Magelang.
Dilihat dari potensi ekonomi lahan (tahun 2001), dari luas wilayah 1.812 ha pola pembangunan dan pemamfatan lahannya yaitu untuk perumahan dan permukiman sebesar 72,07 persen, sawah 12,69 persen, perusahaan/industri 2,87 persen, hutan/perkebunan 5,49 persen, kolam 0,42 persen, ladang 0,81 persen, dan lain lain sebesar 5,65 persen. Dengan melihat pola penggunaan lahan tersebut, maka langkah strategis yang ditempuh kota Magelang yaitu dengan mempertahankan lahan yang mampu memberi manfaat daya dukung sektor produktif dan pengembangan potensi lahan bagi penanaman investasi baru sebagai simpul-simpul penggerak ekonomi daerah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Sumberdaya Manusia
Berdasarkan data tahun 2001 penduduk kota Magelang berjumlah sebesar 115.863 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 6.394 jiwa/km2 atau relatif tinggi tingkat kepadatan penduduknya. Di satu sisi tingkat kepadatan yang tinggi berdampak negatif terhadap penataan kota serta kebutuhan penyediaan infrastruktur dasar perkotaan, disisi lain merupakan potensi yang besar dari segi ketersediaan tenaga kerja di kota Magelang.
Dilihat dari tingkat pendidikan angkatan kerja (2001), mereka yang tamat SLTP sampai dengan perguruan tinggi (PT) proporsinya cukup besar yaitu 53,72 persen dibandingkan dengan tamatan atau tidak tamat SD sebesar 46,28 persen. Ini menunjukkan bahwa struktur penduduk angkatan kerja di kota Magelang secara umum mempunyai kualitas pendidikan yang relatif tinggi. Hal ini juga ditunjukkan dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibidang pendidikan kota Magelang yang sangat tinggi yaitu sebesar 80,98.

Sarana dan Prasarana
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan tuntutan pembangunan, kota Magelang senantiasa berbenah diri baik secara fisik maupun secara ekonomi yang mengarah pada penciptaan suasana kondusif dan nyaman bagi berlangsungnya kegiatan ekonomi produktif serta investasi daerah. Untuk itu, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan publik mutlak harus dilakukan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain berupa sarana dan prasarana transportasi, perdagangan, pendidikan, pariwisata, pos/telekomunikasi, listrik, air dan lain sebagainya.
Sarana dan prasarana dibidang transportasi di kota Magelang dapat dikatakan sangat memadai, baik berupa jalan, angkutan umum, terminal orang dan terminal barang. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ini sangat vital sebagai urat nadi arus barang, jasa dan manusia baik antar daerah maupun didalam kota disamping merupakan sektor pendukung investasi daerah.
Dengan letak yang strategis dan sejalan dengan visi kota sebagai kota jasa, maka salah satu strategi pengembangan kota diarahkan sebagai pusat perdagangan. Untuk merealisasikan hal tersebut, pemerintah kota Magelang telah membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana perdagangan. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya pasar-pasar tradisional, pusat-pusat pertokoan serta super market, disamping itu juga terdapat beberapa pasar untuk transaksi komoditas khusus seperti pasar buah, pasar burung maupun pasar barang bekas. Pasar-pasar dan pusat-pusat perbelanjaan yang ada dapat berfungsi sebagai penggerak kegiatan ekonomi produktif masyarakat kota maupun hinterland-nya serta mampu menyediakan lapangan kerja.
Disamping itu, dalam rangka mendorong sektor pariwisata, kota Magelang telah berbenah dengan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai bagi pelayanan jasa wisata wilayah hinterland-nya seperti obyek candi Borobudur, dataran tinggi Dieng, Kopeng dan lainnya, juga objek wisata yang ada di kota Magelang sendiri yang berupa taman wisata rekreasi Kyai Langgeng dan wisata sejarah. Untuk menunjang sektor pariwisata, telah tersedia berbagai fasilitas penginapan hotel mulai hotel kelas melati sampai hotel kelas bintang, juga trevel biro perjalanan yang siap melayani perjalanan wisata para turis baik domestik maupun manca negara.
Sarana dan prasarana yang tidak kalah penting peranannya adalah ketersediaan sarana dan prasarana komunikasi, penerangan dan air. Sarana dan prasarana pos/telekomunikasi di kota Magelang sudah cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan jaringan pos dan telekomunikasi yang sudah dapat menjangkau keseluruh pelosok wilayah kota Magelang yang merupakan urat nadi semua aspek kehidupan masyarakat modern juga tersedia lebih dari cukup kapasitasnya maupun jaringannya, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, perusahaan/industri dan keperluan lainnya.
Sebagai salah satu penyandang kota pendidikan, kota Magelang berupaya seoptimal mungkin sarana dan prasarana pendidikan yang representatif mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi (PT). Pusat-pusat pendidikan semakin banyak berdiri, baik formal maupun non formal yang tersebar merata hampir seluruh kota Magelang menjadikan salah satu alternatif dalam memilih pendidikan yang akan ditempuh, disamping hadirnya play group, SD, SMP dan SMU unggulan serta berdirinya Community College menjadikan daya tarik kota Magelang yang mampu memberikan pelayanan pendidikan formal dan non formal yang terbaik bagi masyarakat kota Magelang dan hinterland-nya.
Posisi kota Magelang yang terletak di tengah-tengah antara Yogyakarta dan Semarang menjadikan kota ini daya tarik bagi pelajar yang melanjutkan pendidikan khususnya jenjang perguruan tinggi yaitu dengan keberadaan Universitas Tidar Magelang, Universitas Muhammadiyah Magelang, STIMIK, Akademik Keperawatan, Akademik Kebidanan dan Akademik Air Minum. Akademik Air Minum ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia juga menambah daya tarik kota Magelang, disamping Akademi Militer yang mencetak pemimpin-pemimpin besar bangsa dalam skala nasional.

Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Wilayah.
Berdasarkan potensi yang ada sebagaimana diuraikan tersebut diatas, untuk lebih memacu pembangunan daerah tergantung pada bagaimana kita bisa mengemas potensi-potensi tersebut sehingga menjadikan kota Magelang memiliki daya tarik dan daya saing yang tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga manarik investor untuk mau menambah modalnya pada sektor-sektor strategis yang ada di kota Magelang.
Dalam rangka percepatan pembangunan daerah sekaligus sebagai upaya peningkatan daya saing daerah, pemerintah Magelang telah merumuskan beberapa kebijakan. Mengingat keterbatasan sumberdaya alam, maka upaya untuk mencapai kebijakan tersebut di atas dalam pelaksaan pembangunan diupayakan dengan menyusun perencanaan yang matang dengan pendekatan kawasan, yaitu :
1. Mempersiapkan kawasan strategis untuk menghidupkan simpul-simpul ekonomi dan keramaian kota Magelang. Hal ini sesuai dengan arahan kebijakan pengembangan wilayah kota Magelang bahwa pembangunan perekonomian dititik beratkan dalam kegiatan perdagangan dan jasa. Kebijakan ini dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yang pertama dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana perdagangan pasar yang sudah ada dengan meningkatkan aspek kualitas dan aspek kuantitas guna meningkatkan kualitas pelayanan.
Strategi kedua yaitu dengan mengembangkan embrio ekonomi baru yang potensial sesuai dengan karakteristik wilayah. Terdapat enam titik (kawasan) strategis yang menjadi prioritas yang diharapkan menjadi penggerak kegiatan perekonomian kota, yaitu :
- Kawasan GOR Samapta;
- Kawasan Sidotopo;
- Kawasan Pasar Kebonpolo;
- Kawasan Pasar Rejowinangun;
- Kawasan Kerkoff (Lembah Tidar); dan
- Kawasan Soekarno-Hatta.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditempuh melalui :
a. Memperbaiki perekonomian masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja yang kondusif diberbagai sektor, termasuk penataan sektor informal yang cenderung menurunkan kondisi fisik kota;
b. Meningkatkan fasilitas dan kapasitas jasa kesehatan dan pendidikan (direncanakan akan menambah satu perguruan tinggi kalau bisa negeri), pendidikan luar sekolah sebagai penunjang peningkatan keterampilan angkatan kerja serta fasilitas jasa-jasa lainnya;
c. Peningkatan kualitas SDM melalui berbagai bentuk program belajar, perpustakaan, penyediaan buku sekolah dan lain-lain, untuk mendorong terwujudnya masyarakat kota Magelang yang gemar membaca.
d. Program kemitraan dengan berbagai pihak, baik dengan pihak ketiga, antar daerah maupun antar lembaga dalam negeri maupun luar negeri.
3. Pelaksanaan pembangunan kawasan-kawasan strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai pusat-pusat penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus untuk penyebaran pengembangan dan keramaian kota dalam rangka mengurangi kesenjangan antar kawasan, yang direncanakan secara matang dengan melakukan beberapa studi. Studi kelayakan yang telah dilakukan dalam upaya pengembangan potensi daerah menuju peningkatan daya saing wilayah antara lain study kelayakan kawasan GOR Samapta sebagai pengembangan kawasan olah raga dan rekreasi kota, kawasan Sidotopo yang dipersiapkan sebagai kawasan pendidikan masa depan serta study kelayakan Tuk Pecah sebagai salah satu alternatif sumber mata air di kota Magelang serta sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber mata air yang berlokasi di luar kota Magelang dan pengembangan diversifikasi air dalam kemasan.
4. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasana pada lokasi-lokasi strategis untuk menarik para investor untuk menanamkan modalnya di kota Magelang, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan penciptaan lapangan kerja baru yang diharapkan mampu sebagai upaya mengatasi masalah sosial wilayah perkotaan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan akan terus ditingkatkembangkan diantaranya adalah pembangunan sarana dan prasarana pusat perdagangan dan rekreasi lembah Tidar, penataan kawasan Gladiol, penataan taman Badaan, pembangunan pasar Kebonpolo, pembangunan jembatan Elo Jetis, penataan irigasi dan drainase dan sarana prasarana perkotaan lainnya.
5. Pemantapan stabilitas daerah sebagai prasyarat bagi suksesnya pelaksanaan pembangunan daerah melalui upaya mendorong penciptaan iklim yang kondusif, penciptaan rasa aman bagi masyarakat dengan meminimalisasi isu-isu negatif, serta mendukung terciptanya iklim tranparansi melalui pelibatan secara langsung seluruh komponen (stakeholders) dalam penyusunan berbagai kebijakan pemerintah kota Magelang.
6. Menggerakkan kembali aktivitas ekonomi melalui pemberdayaan dan penguatan struktur perekonomian rakyat, termasuk pembinaan dan pemberdayaan sektor informal.
7. Upaya-upaya penciptaan inovasi-inovasi, kreatifitas dan rekayasa-rekayasa (rancang bangun) dalam rangka pengembangan dan peningkatan kapasitas kota, melalui kegiatan antara lain :
a. rencana renovasi dan penataan pasar tradisional,
b. penataan lingkungan perbatasan,
c. rencana pendirian perguruan tinggi guna melengkapi fasilitas pendidikan tinggi yang telah ada,
d. menata dan melakukan investasi di kawasan strategis yang diprioritaskan, dan
e. peningkatan kualitas SDM.
8. Peningkatan peran lembaga keuangan daerah (BPR, BPK) dengan memperbaiki manajemen dan peningkatan permodalan guna menopang kegiatan ekonomi skala kecil dan menengah maupun meningkatkan kerjasama dengan pihak pengembang di kota Magelang.

Penutup
Penciptaan kebijakan pembangunan kota Magelang yang dilaksanakan dengan konsisten melalui perencanaan yang matang dan rigit ini, sebenarnya diilhami oleh upaya keterbatasan SDA dan hanya mengandalkan letak strategis kota serta SDM. Oleh karena itu kota Magelang harus selalu menciptakan “Competitive Advantage” yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan efek positif pada daya saing teknologi.
Pada hakekatnya daya saing wilayah dapat diciptakan dan diwujudkan dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik suatu daerah serta bagaimana kita bisa secara kreatif dan inovatif mengembangkan dan memanfaatkan potensi-potensi tersebut.
Keberhasilan suatu daerah dapat diraih apabila kita bisa mengaktualisasikan konsep pembangunan daerah secara utuh dan terpadu (comprehensive and integrate area development), dengan pelibatan dan kerjasama seluruh pelaku pembangunan (stake holders) di daerah dalam pengembangan potensi wilayah.
Pengembangan potensi wilayah harus berorientasi pasar dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan hanya dapat dikatakan berhasil apabila mampu memberikan manfaat dan efek positif serta terjadi peningkatan nilai tambah produk-produk daerah melalui pemanfaatan IPTEK, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi. Hal yang menarik untuk kita diskusikan adalah apakah pengembangan potensi wilayah yang berorientasi pasar merupakan salah satu pendekatan yang efektif untuk mewujudkan daya tarik dan daya saing wilayah.

Tidak ada komentar: