Sabtu, 23 Agustus 2008

Metode Analisis Kelayakan Regional

Analisis kelayakan regional ini diarahkan untuk menentukan apakah suatu daerah administratif (bisa berupa kabupaten/kota atau wilayah administratif yang lebih kecil) sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan industri. Informasi yang akan disajikan dari hasil analisis ini adalah urutan peringkat kesesuaian yang diwujudkan dalam nilai skor total.

Analisis pemilihan kawasan industri tersebut dilakukan dengan metode pengambilan keputusan dengan kriteria jamak (multi criterias decission system). Salah satu metode pengambilan keputusan dengan kriteria jamak adalah metode analisis proses berjenjang (Analytical Hierarchi Process=AHP).

Metode AHP mempunyai empat aksioma yang harus dipenuhi. Keempat aksioma tersebut adalah :
a. Reciprocal Comparison; aksioma ini berarti bahwa si pembuat keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya,
b. Homogenity; artinya bahwa preferensi dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau masing-masing kriteria dapat diperbandingkan sayu dengan yang lain,
c. Independence; preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa satu kritaria tidak dipengaruhi oleh oleh alternatif-alternatif yang ada, melainkan oleh obyektif secara keseluruhan,
d. Expectations; untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur diasumsikan lengkap (Brojonegoro, 1992).

Langkah-langkah analisis pemilihan kawasan industri adalah sebagai berikut :

1) Penetapan Kriteria, Jenjang dan Bobotnya

Kriteria kelayakan regional merupakan salah satu dasar pertimbangan untuk menentukan kelayakan pengembangan kawasan industri di suatu wilayah. Ada beberapa indikator yang berkaitan dengan penilaian kelayakan regional, antara lain adalah :

1) Posisi Relatif Suatu Kawasan, meliputi krieria sebagai berikut :
· Dukungan Wilayah Belakang,
· Persaingan dengan Wilayah Sekitarnya,
· Keuntungan Lokasi.
2) Ketersediaan Sumberdaya, meliputi kriteria :
· Ketersediaan Bahan Baku Industri,
· Ketersediaan Prasarana Transportasi Regional,
· Ketersediaan Jaringan Utilitas,
· Ketersediaan Tenaga Kerja,
· Ketersediaan Lahan Untuk Industri,
· Permasalahan lingkungan yang mungkin timbul.
3) Stabilitas Kawasan, meliputi kriteria :
· Stabilitas Politik,
· Stabilitas Sosial Budaya,
· Kepastian Hukum.
4) Perkembangan industri, meliputi :
· Persentase Pendapatan dari sektor Industri,
· Persentase Tenaga Kerja Industri
· Kecenderungan perkembangan industri.

Masing-masing keriteria tersebut akan dibandingkan tingkat kepentingannya. Perbandingan ini untuk mendapatkan bobot relatif masing-masing kriteria tersebut. Penilian tingkat kepentingan kriteria tersebut diwujudkan dalam pemberian skala 1 sampai 9. Nilai masing-masing skala tersebut adalah :
· Skala 1 = Sama Penting (EQUAL)
· Skala 2 = Diantara Sama penting dan sedikit lebih penting (EQUAL To MODERATE),
· Skala 3 = Sedikit Lebih Penting (MODERATE),
· Skala 4 = Diantara Sedikit Lebih Penting dan Penting (MODERATE TO STRONG),
· Skala 5 = Lebih Penting (STRONG),
· Skala 6 = Diantara lebih penting dan sangat penting (STRONG TO VERY STRONG),
· Skala 7 = Lebih Sangat Penting (VERY STRONG),
· Skala 8 = Diantara sangat penting dan amat sangat penting ( VARY STRONG TO EXTREME),
· Skala 9 = Lebih amat sangat penting (EXTREME)

Perhitungan bobot masing-masing kriteria tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yang telah tersedia (seperti software Expert Choice atau dapat juga menggunakan software WinPre) atau dengan menghitung secara manual dengan menggunakan bilangan dan vektor eigen (eigenvalue dan eigenvector).

2) Penetapan skor masing-masing kriteria
Setelah bobot kriteria ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan nilai skor masing-masing kriteria. Penetapan skor kriteria tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu melihat hubungan atau korelasi kriteria dengan tujuan pengembangan kawasan industri. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan negatif atau positif. Kriteria yang mempunyai hubungan positif akan diberi skor positif, sebaliknya kriteria yang mempunyai hubungan negatif akan diberi skor negatif. Skor biasanya berjumlah ganjil (biasanya 3, 5,7 atau 9). Disamping cara peberian skor seperti telah dijelaskan di paragraf sebelumnya, penetapan skor juga dapat dilakukan dengan menggunakan nilai dari kriteria yang telah dinormalkan dengan total nilai kriteria.

3) Penghitungan Total Skor Masing-Masing Daerah Analisis
Penghitungan total skor dilakukan pada daerah-daerah yang akan dianalisis. Perhitungan total skor dilakukan dengan penjumlahan perkalian antara bobot dan nilai skor masing-masing kriteria pada daerah-daerah yang dianalisis. Formula pengitungan total skor tersebut adalah :
SkorTot = å Bobot Ki . Skor Kix , dimana
SkorTot = Skor Total Daerah x
Bobot Kix = Bobot Kriteria i pada daerah x,
Skor Kix = Skor Kriteria i pada daerah x.

Skor total tersebut kemudian diurutkan dari nilai yang paling besar ke nilai yang paling kecil. Nilai total skor yang paling besar menunjukkan bahwa daerah tersebut paling sesuai dikembangkan sebagai kawasan industri.

Tidak ada komentar: