Jumat, 22 Agustus 2008

Kesalahan Pemimpin

1. Sikap kepemimpinan top-down

"Kepemimpinan dengan pendekatan top-down mendasarkan pada kebiasan militer yang meneriakkan perintah untuk melemahkan pihak yang disuruh, katanya. Perilaku ini dapat mengarah pa­da penyalahgunaan wewenang, sifat egosentris dan banyak lagi, tulis Finzel. Ada banyak altematif untuk mengindari tipe kepemimpinan top-down, termasuk manajemen partisipatoris, gaya fasili­tator, dan kepemimpinan pengabdi.

2. Menulis laporan sebelum dikerjakan di lapangan

Sikap seperti ini menganggap bahwa "orang lain hanya merepotkan saja, mereka sering menghambat". Alasan mengapa banyak pemimpin yang melakukan hal ini adalah karena mereka hanya memprioritaskan hasil yang terlihat dibandingkan hubungan antara relasi yang tak terlihat.
Yang perlu digarisbawahi di sini adalah ter­lepas dari orientasi apa yang dipilih seseorang da­lam gaya kepemimpinannya, berorientasi pada tugas atau orang, pemimpin yang efektif memberi ruang bagi manusia. Tidak melibatkan mereka adalah sebuah kesalahan, kesalahan besar di bi­dang kepemimpinan.

3. Tak memberikan dukungan

Para peneliti di bidang keorganisasian telah lama menunjukkan bahwa dukungan pemimpin dapat menjadi motivasi yang jauh lebih besar dari insen­tif, tetapi kita masih belum dapat memahaminya.
Finzel mengatakan, "Manusia berkembang pesat bila dipuji. Pujian dapat melakukan jauh lebih banyak untuk dapat mempertahankan orang yang berkerja pada Anda dan orang-orang yang ada dalam naungan Anda daripada harga ke­tenaran.

4. Tidak ada tempat bagi pembangkang? Mereka membawa masa depan

Karyawan pembangkang menciptakan kekacauan dengan sifat mereka. Kekacauan yang baik yang diperlukan oleh perusahaan. Mengutip apa yang pernah dikatakan Henry Ford mengenai hal ini, "Saya mencari banyak orang tanpa batasan ka­pasitas karena mereka tak tahu apa yang tak bisa dilakukan."
Solusinya? "Jangan biarkan kebijakan dan prosedur menghambat bintang-bintang berbakat Anda. Fleksibel saja. Bengkokkan peraturan, jika Anda yakin orang itu butuh ruang lebih lapang."

5. Kesewenangan dalam pengambilan keputusan

Ini adalah sikap seorang pemimpin yang sering mengatakan bahwa "Saya pemimpin organisasi, saya paling tahu yang terbaik,". Para pemimpin besar adalah mereka yang sepenuhnya menyadari bah­wa sang pemimpin sama pentingnya dengan orang-orang yang dipimpin."

6. Pendelegasian yang salah : Menolak untuk tenang dan membiarkan

Theodore Roosevelt pemah mengatakan: "Ekse­kutif terbaik adalah mereka yang tahu siapa yang harus dipilih untuk melakukan sesuatu yang di­inginkannya, serta dapat menahan diri untuk tidak ikut campur tangan ketika mereka melakukan ke­salahan."
Menurut Finzel "masalah pendelegasian ada­lah masalah yang berhubungan dengan penghar­gaan. Hanya dengan rasa tanggung jawablah se­harusnya kewenangan untuk melakukan kerja sua­tu pekerjaan diberikan.
7. Kekacauan komunikasi

Jangan menyanyikan lagu di halaman yang sama dalam buku lagu Jangan sekali-kali beranggapan bahwa setiap orang tahu segalanya. Rumor seringkali berkem­bang secepat jilatan lidah api di padang rumput, dan jika memang ada orang yang tahu segalanya biasanya jarang sekali informasinya mendekati kebenaran. Finzel mengemukakan sebuah sudut pandang yang menarik tentang komunikasi: "jalinan komunikasi".
Semakin tinggi kedudukan dalam kepemim­pinan, Anda harus semakin sensitif terhadap apa yang Anda komunikasikan. Hendaknya setiap kali Anda akan menelepon atau menulis surnt ataupun mengambil keputusan, Anda harus bertanya, "siapa saja yang akan terkena pengaruh oleh ke­putusan, surat, atau memo ini? Siapa saja yang terkait?"

8. Melupakan budaya perusahaan: pembunuh tak tampak bagi para pemimpin

Dengan sangat sederhana Finzel mendefinisikan bahwa budaya perusahaan adalah "cara kita melakukan segala sesuatu di sini". Jika sebagai pe­mimpin Anda melupakan budaya perusahaan, maka bersiaplah untuk menghadapi kesulitan. Se­bagai pemimpin, carilah waktu untuk menyendiri clan renungkanlah kembali nilai-nilai clan keya­kinan Anda. Lalu lakukanlah juga bersama tim kepemimpinan Anda, dan hasilkan setumpuk daftar nilai dan keyakinan yang akan dijunjung bersama oleh semua anggota tim. Ini menjadi keku­atan yang luar biasa yang dapat mempersatukan Anda. Seperti lembaran tripleks yang memben­tuk kayu lapis.

9. Kesuksesan tanpa ada pengganti

Untuk mencapai hasil memuaskan, kita tidak harus terperangkap dalam keutamaan kita sendiri. Kerendahan hati adalah kunci untuk mengakhiri dengan baik dan menyerahkan obor pada peng­ganti kita.

10. Gagal mengarahkan fokus ke masa depan

Konsentrasi seorang pemimpin seharusnya tidak terpaku hanya pada masa lalu atau masa kini, tetapi juga ke masa depan. Mungkin ada orang yang bertanya-tanya dengan frustrasi, "bagaima­na caranya mengeringkan rawa? Bagaimana saya merancang masa depan jika leher saya ber­ada di cengkeraman buaya?" Cengkeraman tirani hal-hal urgen senantiasa merongrong kesempatan kita untuk berpikir clan berencana, tetapi bila kita tidak menyisihkan waktu untuk merumuskan rencana masa depan maka kitalah yang akan jadi korban.
Finzel membuat istilah SMART, yakni cara untulc menetapkan tujuan supaya dapat menghindari diri menjadi korban akibat kesalahan dalam kepemimpinan. Tujuan harus memenuhi criteria Specific (Spesifik), Measureable (Terukur), Attain­able (Bisa dicapai), Relevant (Relevan), dan Trackable (Bisa diurut).


Di toyota, semua sistem disana untuk mendukung pekerjaan tim yang akan meningkatkan kinerja. Tapi tim tidak meningkatkan kinerja, anggota dari tim lah yang meningkatkan kinerja. Semua tim berkoordinasi dalam pekerjaan, saling memotivasi dan saling belajar dari satu sama lain. Dan yang terpenting, pembentukan tim ini akan lebih efisien dibandingkan dikerjakan seorang diri dalam mengerjakan suatu produk. Tim bisa dikoordinasikan di dalam rapat, tapi di sebagian besar kasus yang terjadi, tidak semua detil pekerjaan dapat dikerjakan jika semua individu menghabiskan seluruh waktunya dengan mengikuti rapat.
Toyota sudah berhasil membuat keseimbangan yang begitu hebat antara pekerjaan individu dengan pekerjaan tim dan antara kemampuan individu dengan keefektifan suatu tim. Saat teamwork menjadi sesuatu yang kritis, bekerjasama antar individu sangat diperlukan. Toyota mengasumsikan jika kita bisa membuat fondasi teamwork dari perusahaan dengan baik, maka performa individu akan mendapatkan hati dan jiwanya untuk membuat perusahaan menjadi sukses. Di sistem produksi Toyota hal ini disebut “respect for humanity system”.

Tidak ada komentar: